Bisnis Online Gratis

Cari Blog Ini

Rabu, Desember 1

Pemikiran Karl Marx


Karl Marx merupakan tokoh filsafat yang lahir di Jerman daerah Trier (1818-1883). Ia sendiri merupakan dari keluarga kelas menengah, dan keluarganya adalah Yahudi. Karl Marx pernah belajar ilmu hukum di Bonn (terutama di Berlin). Dan pada masa-masa belajarnya itu Marx sendiri lebih tertarik untuk mempelajari filsafat Hegel, setelah tidak lama mempelajari filsafat hegel ia pun menjadi tokoh yang terkenal dari gari Hegel yang sangat keras. Setelah menamatkan studinnya ia kemudian menjadi wartawan.[1] Pada sebuah harian yang terbit di kota Koln. Namun karena harian tersebut sering kali mendapat tindakan dari pihak pemerintah, iapun akhirnya pindah ke Jerman. Dan di kota Jerman ini ia bertemmu dengan Friedrich Engels (1820-1895), yang merupakan anak pemilik pabrik tenun di Barmen.
Seiring dengan waktu Marx dan Engels menjadi sahabat yang dekat. Pada awalnya Marx sangatlah miskin, namun karena mendapat uang dari engels dan warisan istrinya ia akhirnya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarga.[2] Ketika Marx bersama dengan Enggels, ia mulai menulis pekerjaan ilmiahnya, dan selainn itu juga mereka banyak menerbitkan hasil dari tulisan-tulisan yang mereka buat. Namun setelah Marx meninggal, hasil karangan Marx kemudian diteruskan oleh Engels.
Dalam pandangan Marx agama merupakan candu suatu masyarakat, karena dalam hal ini dalam angapan mereka bahwa agama merupakan suatu refleksi dari gambaran manusia terhadap zat yang diluar dari manusia/ zat ayng  tak terbatas dan diluar dari jangkauan. Dalam hal in dapat hal ini jiia melihat dari pemikiran Feuerbach yang melihat agama dapat diwujudakn beruapa ketiak manusia berdiri didepan cermin dan dihadapannya itulah gambaran dirinya namun kesalahan itu tidak disadari oleh manusia. Namun lebih jauh lagi marx malah beranggapan bahwa agama menurutnya hanya sesuatu khayalan. Karena ketika masyakat ysng miskin seang kelaparan dan saat itu juag ia dapat membayangkan makanan yang enak-enak dan sebaginya untuk menghibur  rasa uanga da di dalam hatinya tersebut. Namun dalam hal lain juga marx beranggapan bahwa dengan kekhayalan tersebut itu juga dapat mengobati rasa kegagalan yang dialami setiap manusia dengan memberikan suatu harapan. Jika pada masyakat pada waktu itu sangalah miskin maka wajarlah untuk dapat melipur rasa yang ada pada dirinya, maka manusia / masyarakat membayangkan suatu zat yang maha besar, sebagai suatu rasa ketidakmamapuan manusia terhadap sesuatu apapun.


[1] Prof. K. Bertans, Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta, 2001, hal. 79.
[2] Linda Smith dan Welhim Raeper, ide-ide (filsafat dan agama dulu dan sekarang), Yogyakarta, 2004. Hal. 116.